Membaca Bukunya Hernowo, “Free Writing” Memaksa Saya Menulis
Pak Hernowo! Buku-buku Anda selalu memaksa saya untuk menulis. Anda telah membuat saya berhenti membaca lalu beralih ke kegiatan menulis. Atau yang biasa Anda sebut 'mengikat makna'.
Kata mengikat makna sendiri sudah saya pahami sebelumnya dari buku Anda yang bejudul Mengikat Makna. Pada buku tersebut Anda lebih khusus membahas masalah tentang ‘mengikat makna’. Sedangkan pada buku Free Writing lebih ke pengembangannya. Dan benar saja, setelah membaca buku Menginkat Makna tersebut saya langsung menghasilkan satu buah artikel sepanjang 1000 kata lebih. Itu berarti Anda telah berhasil membujuk saya melalui buku tersebut. Ini tentu sangat luar biasa. Anda begitu menginspirasi saya.
Selanjutnya sekarang ini, saya kembali bertemu dengan buku Anda yang lainnya. Buku Anda kali ini berjudul Free Writing. Kalau diterjemahkan artinya menulis bebas. Membaca judulnya saja saya langsung tertarik untuk meminjamnya. Kebetulan buku Anda saya temukan di iPusnas. Bersyukurlah saya menemukan buku Anda. Lalu saya pun mulai membacanya. Sama halnya dengan buku Anda yang lainnya, selalu membuat ingin terus membacanya. Kelebihan apa sebenarnya yang ada pada buku-buku Anda?
Rahasinya rupanya seperti apa yang Anda jelaskan pada buku Anda yang berjudul Free Writing ini. Dan Anda selalu mepraktikkannya. Terus terang ini sangat cocok dengan keperibadian saya. Saya yang menyukai kebebasan selalu berharap ada pembahasan semacam yang ada dalam buku Anda ini, dan ini telah membantu saya untuk merasa lebih percaya diri.
Pada buku ini, Anda telah memberi saya wawasan yang cukup luas terkait menulis bebas. Saya yang sejak semula memang sudah berusaha menulis bebas merasa terhibur. Artinya saya sudah berada di jalan yang terang. Kenyataannya bahwa ternyata banyak para pakar yang menganjurkan menulis bebas. Dugaan saya bahwa mungkin mereka juga mengalami proses menulis yang sama dengan saya. Yaitu dengan cara menulis bebas. Hanya saja mereka lebih dulu menyebarluaskan teori mereka tersebut ke dalam sebuah buku. Dan tentu saja karena mereka lebih dahulu lahir. Sementara saya, pengalaman semacam itu biasanya saya simpan di laptop saja. Meski ada juga yang sudah saya share di blogger tetapi cuma sedikit. Berbeda dengan mereka yang memang sudah berusaha menyusun buku dengan tema menulis bebas kemudian mengupasnya secara panjang lebar.
Hal yang sama juga telah dilakukam oleh Anda, Pak Hernowo. Anda begitu jeli mengambil peluang. Selalu saja Anda manfaatkan setiap apa yang Anda baca. Sehingga jadilah Anda menjadi orang yang sangat produktif.
Dengan kehebatan Anda meulis, Anda telah membuat saya menulis (mengikat makna) juga, sebagaimana yang saya lakukan ini. Tanpa sadar saya telah menulis beberapa paragraf. Padahal saya belum tuntas membaca. Sesuai anjuran Anda saya perlu membaca ngemil. Setelah membaca beberapa bagian saya perlu menuliskan pemahaman saya terkait bacaan tersebut. Dengan cara begitu kita mungkin tidak kehilangam banyak ide. Karena bacaan kita masih fresh dan tidak bertumpuk. Berbeda mungkin saat kita membaca buku sampai habis lalu menuliskannya, kita akan merasa kepenuhan gagasan, yang bukannya banyak ide melainkan terlalu kebanyakan ide lalu tidak tahu menulis yang mana.
Baik, itu saja dulu kegiatan mengikat makna malam ini. Mungkin setelah saya membaca bagian berikutnya lagi, saya akan kembali menulis.
------------------------------------------------
Penulis: Abduh Sempana, seorang pendidik, pegiat literasi (Ka-Lam), penulis antologi cerpen Lelaki di Ujung Sunyi, kumpulan puisi Jejak Tersapu Ombak, dan beberapa buku bersama penulis lain.
Post a Comment for " Membaca Bukunya Hernowo, “Free Writing” Memaksa Saya Menulis"
"Berkomentarlah dengan santun dan bermartabat."