Cerpen Kenangan | Waktu yang Indah
Namaku Adelia. Usiaku 5 tahun. Aku seorang gadis kecil yang tinggal di desa. Di pagi hari yang cerah aku, ayah,dan ibuku pergi ke kebun untuk melihat tanaman yang ditanam oleh ayah dan ibuku. Di kebun aku bermain bersama seekor kucing yang sangat imut. Ia mengikuti kesana-kemari selama aku di kebun. Hingga mentari pun akan segera tenggelam. Ayah dan ibuku mamanggilku untuk pulang. Tapi kucing tersebut ingin ikut pulang bersamaku. Aku pun bertanya kepada ayahku.
Aku: " Ayah bolehkah aku membawa kucing ini pulang bersama kita"
Ayah:"Kita tidak boleh membawanya pulang nak , "
Aku: "Emangnya kenapa ayah? "
Ayah:"Karena kucing itu juga punya kelurga sendiri nak , jadi kita tidak boleh membanya pulang "
Aku:" Begitunya yah "
Ayah:"Ya, Nak"
Aku:"kalau begitu aku diamkan saja kucingnya di sini ya, ayah",
Setelah aku meninggalkan kucing tersebut, kami bertiga pulang bersama. Selama aku di perjalanan pulang , aku melihat pemandangan yang sangat indah. Dari pemandangan gunung yang sangat cantik dan mentari yang akan segera tenggelam. Tak lama setelah itu kami pun sampai di rumah. Ibuku menyuruh aku membersihkan badan. Setelah aku membersihkan badan aku kekamar untuk berdan. Dan tak lama kemudian aku dipanggil untuk makan bersama . Di meja makan tersebut aku melihat banyak sekali lauk yang di masak oleh ibuku. Akupun bingung untuk mamakan lauk yang mana. Aku bertanya kepada ibuku,
Aku:"ibu, banyak sekali lauk yang ibu masak"
Ibu:"gak papa nak biar kamu kenyang dan tambah besar dan sehat"
Aku:"ibu apakah makanan ini hasil dari kebun kita"
Ibu:" iya-nak makanan yang ada di atas meja makan ini semuanya dari kebun kita"
Aku: " wah banyak sekali ibu "
Ibu:" iya-nak"
Aku:"makasih ya, ibu sudah membuatkan makanan yang sangat enak"
Ibu:"iya nak , tapi kamu jangan lupa berterimakasih kepada Tuhan-nya nak , ia sudah memberikan kita kehidupan yang sangat indah ini "
Aku:"iya ibu"
Akupun melanjutkan makan ku. Sehabis aku makan aku segera beristirahat di dalam kamar ku .
Pagi-pun tiba. Aku keluar rumah. Di luar rumah suasana begitu adem dengan mentari yang terbit begi cerah dan sangat hangat . Di pagi hari itu aku berpikir , hidup ini seperti roda yang berjalan yang tidak akan berhenti kalau belum sampai ketempat yang ia tuju. Begitu juga dengan hari-hari yang kulalui dengan hati yang ikhlas dan menerima apapun yang terjadi kepada kehidupan ini .
Di suatu ketika aku di ajak oleh ibuku untuk pergi ke kebun di belakang rumahku. Di kebun itu aku melihat tanaman-tanaman yang masih kecil , tapi ada salah satu pohon yang menarik perhatian ku, yaitu pohon mangga. Pohon itu berbuah sangat lebat dan buahnya pun besar-besar. Ketika aku mau mengambil buah dari pohon tersesebut tanganku tidak sampai ke buah mangga itu , karena aku pendek , saat itu pula ayahku datang ke kebun lalu aku meminta tolong kepada ayahku :
Aku: "Ayah aku mau buah dari pohon itu , apakah ayah mau mengambilnya untukku"
Ayah: "Tentu saja nak ayah akan mengambilnya untuk kamu"
Aku: "Terimakasih ayah"
Ayah: "iya nak"
Lalu ayah menyuruhku naik ke atas pundaknya dan ayahpun berdiri, pada saat itu pula kepalaku terkena oleh buah mangga dan aku segera mengambil buah mangga itu. Ketika aku sudah selesai mangambil buah mangga, ayah menurunkan ku lagi , dan hatiku sangat bahagia karena aku mendapatkan buah mangganya. Ayah dan ibuku mengajakku untuk masuk ke dalam rumah karena hari sudah siang dan mentari semakin naik dan panas. Di dalam rumah aku ke dapur dan segera mengambil pisau buah untuk mengupas buah yang aku ambil dari kebun tadi. Saat aku mau mengupas buah tersebut aku di hentikan oleh ibuku, ibuku berkata:
Ibu: "nak biarkan ibu yang membukakan buah mangga itu untukmunya nak"
Aku: "emangnya kenapa kalau aku yang membukanya ibu"
Ibu: "ibu hanya takut nanti tanganmu bisa luka oleh pisau itu nak "
Aku: "terimakasihnya ibu"
Ibuku-pun membukakan buah mangga itu untukku, saat ibuku sudah selesai mengupas buah mangga itu ibu juga memotong dengan bentuk kecil-kecil agar dapat di makan dengan satu lahap. Aku pun memakan buah itu bersama ayah dan ibuku,
Hari-hari berjalan dengan sangat cepat. Seketika pada suatu hari ayah-ku jatuh sakit. Walaupun sudah di obati tetap saja sakit ayah-ku tidak mereda. Dua hari kemudian ayah-ku meninggalkan aku dan ibuku, pada saat itu ibuku menangis sambil memeluk diriku tapi aku tidak tahu kenapa ibuku tiba-tiba menangis.
Delapan tahun berlalu kini aku berusia 13 tahun dan menjadi seorang anak gadis yang pemalu dan tidak suka beraktivitas di luar rumah. Seketika aku melihat ibuku duduk di sopa dan melihat sebuah album. Aku pun menghampiri ibuku dan duduk di sebelah ibuku. Ibu-ku pun memeluk diriku sambil melihat foto-foto yang ada di dalam album itu dan aku bertanya kepada ibuku :
Aku: "ibu apakah ini aku dan ayah"
Ibu: "iya nak , ini foto kamu bersama ayah kamu ketika mengambil buah dari pohon yang tinggi, ibuku sengaja memotret kamu dan ayah pada saat itu"
Aku: "tapi sekarang ayah sudah tidak ada lagi-ibu "
Ibu: "Ya nak, tapi kamu jangan sedih ya, kan masih ada ibu disini , yang akan nemenin kamu dalam keadaan apapun
Aku:"makasih ibu"
Ibu: "iya nak"
Ibu ku pun memeluk ku dengan air mata yang mengalir di pipinya.
Malam hari pun tiba di kamar aku tidak bisa tertidur. Akhirnya aku melihat diluar jendela sambil menghanyalkan kehidupan ku yang dulu bisa terulang kembali. Aku melihat bintang jatuh lalu aku ber-do'a agar hari-hari ku bisa kembali seperti semula. Karena setelah ayah tidak ada rasanya rumah yang ku tempati bersama ibuku terasa sangat sunyi dan sepi.
***
----------------------------------------------------------
Penulis : Ria Ziadatul Aini
Kelas : IX-A MTs NW Boro'Tumbuh
Post a Comment for "Cerpen Kenangan | Waktu yang Indah"
"Berkomentarlah dengan santun dan bermartabat."