Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lomaq Lompe

Sebuah Cerpen: Abduh Sempana

Sudah satu bulan lebih Amaq Dolah mengerang kesakitan. Isteri dan anaknya sangat menderita batin melihatnya. Padahal sudah dibawa berobat ke rumah sakit namun hasilnya tidak bisa berubah. Kata dokter penyakitnya tergolong aneh. Sampai kini dokter juga belum bisa mendiagnosa jenis penyakitnya.

ilmu hitam lombok

“Mungkin kita coba belian saja.” Kata Maemunah di suatu hari kepada Ibunya. Anak yang biasa dipanggil Mae itu masih duduk dibangku kelas XII Madrasah Aliyah. Merupakan anak satu-satunya yang menjadi tumpuan dan harapan keluarga.

“Di mana kita mencari belian?” Sahut Inaq Dolah sambil mengernyitkan keningnya.

“Kita coba tanyakan pada tetangga, pasti banyak yang tau soal belian

Sore hari itu juga Inaq Dolah langsung menanyakan prihal belian atau pengobatan tradisional kepada tetangga sesuai anjuran Mae.

Akhinya Inaq Dolah mendapatkan informasi yang diharapkan itu.

“Kata Amaq Supar ada seorang belian yang sangat terkenal di wilayah Desa Kalijaga. Besok pagi saya ke sana.”

“Ya, Inaq. Langsung saja ke sana. Karena saya sudah tidak tahan melihat kondisi Amaq.”

Ya, Denda. Saya juga demikian. Saya ingin Amaq segera sembuh.

Esok paginya Inaq Dolah langsung pergi ke tempat yang dimaksudkan itu. ia membawa abah-abah berupa beras dan gula. Kemudian di atasnya ditaruhkan daun sirih dan buah pinang sesuai anjuran Amaq Supar. Sesampainya di sana Inaq Dolah disambut dengan ramah-tamah oleh seorang perempuan setengah baya yang rupanya isteri dari  belian.

“Silakan masuk Inaq.”

Mata Inaq Dolah berkeliaran menatap rumah yang sedehana. Di dalamnya banyak benda-benda yang belum pernah dilihatnya. Mirip seperti galeri atau bahkan museum. Rupaya sang belian itu suka mengoleksi benda-benda antik.

Tak lama setelah itu seorang bersurban putih keluar dari sebuah bilik.

“Sudah lama?”

“Baru saja,” kata Inaq Dolah sambil menyambut telapak tangan yang disodorkan oleh orang yang bersurban itu.

“Siapa yang sakit?”

“Suami saya Pak Tuan.”

Lalu Inaq Dolah menceritakan maksud kedatanagannya itu. Orang yang duduk dihadapannya itu mengangguk-angguk sambil melontarkan beberapa pertanyaan.

“Memang terkadang ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Yang kata orang-orang disebut penyakit ketimuran. Karena yang namanya hidup bermasyarakat tentu banyak sesuatu hal yang terkadang tidak kita inginkan namun bisa saja terjadi. Mungkin orang tidak bermaksud menyakiti kita tapi bisa saja kita kena tanpa kesengajaannya juga. Karena yang namanya ilmu hitam itu terkadang dibawa oleh angin.” 

Inaq Dolah hanya bisa mengangguk-angguk mendengarkan belian itu.

Kemudia belian itu bangkit dari tempat duduknya lalu masuk ke dalam sebuah bilik. Sebentar saja ia di dalam lalu keluar membawa sebuah bejana.

“Rupanya suami ibu terkena perbuatan syetan.”

“Maksud Pak Tuan?”

“Dia terkena lomak lompe.”

Wajah Inaq Dolah pucat seketika. Bibirnya bergetar. Sesekali ia mengusap keningnya dengan kerudung yang dikenakannya. Ia sering mendengar istilah itu. Konon jika orang terkena dengan sihir jenis itu maka sulit sekali penyembuhannaya kecuali disembuhkan sendiri oleh orang yang memasangkannya atau sang penyihir.

“Lakukan sesuatu untuk suami saya Pak Tuan?” Kata Inaq Dolah memelas.

“Air ini ibu usapkan pada perutnya yang sakit setiap pagi dan malam hari. Insya Allah dalam waktu dekat dia segera sembuh.”

Selanjutnya belian itu menyodorkan satu botol plastik berisi air yang sudah dijampinya. Dan sebuah bungkusan kecil yang berisi apus, sejenis kapur yang dibentuk bulat, atau mirip dengan bedak dingin. Digunakan untuk mengusap pada bagian-bagian tertentu yang dianggap pusat penyakit. 

Tanpa banyak pertanyaan lagi Inaq Dolah segera pamit. Ia tidak sabar ingin memberikan obat itu pada suaminya. 

Sesampainya di rumah Inaq Dolah terkejut. Ia melihat banyak orang yang berkerumun di rumahnya. Ada apa ini pikirnya sembari turun dari sepeda motor dengan sedikit tergopoh-gopoh.

Inaq Dolah merasakan semua sorot mata mengarah kepadanya yang baru datang itu. Detak jantunya semakin tidak menentu. Ketika tiba di kamar suaminya, terlihat Maemunah sedang membaca surah Yasin. Kemudian air mata itu tiba-tiba meleleh bagai gunung es yang mencair pada pipinya yang sudah mulai megeriput. Lalu ia duduk disamping tubuh suaminya yang sudah terbujur kaku. 

“Apakah...”

Belum selesai suara itu, Mamunah sudah menyambut ibunya dengan pelukan. Maemunah pun tak kuasa membendung air matanya yang memang sejak tadi sudah tumpah ruah. 

Inaq..., Amaq sudah pergi..,”

“Tidak, Mae. Tidak. Amaq belum pergi. Aku sedang membawakannya obat. Ayo buka selimutnya. Aku akan mengoleskan air ini pada perutnya.”

“Suamimu sudah pergi Dik. Jangan buat nyawanya terkatung-katung dengan tangisanmu. Relakan saja kepergiannya.” Kata kakak kandungnya berusaha meyakinkan.

Inaq Dolah terlihat syok. Dipeluknya suaminya yang terlentang itu. Seakan ia tidak merelakan kepergian suaminya yang belum sempat diberikan obat yang baru saja dicarinya itu.

Beberapa saat kemudian, desas desus mengenai sebab kematian Amaq Dolah mulai menjadi bahan berbincangan di luar sana. Sebuah kematian yang dianggap hasil pekerjaan orang yang iri dan dengki kepadanya. Mengingat beberapa bulan lalu Amaq Dolah sedikit ada perselisihan keluarga soal pembagian harta warisan. Sehingga masyarakat setempat sempat juga mengait-ngaitkan hal itu dengan kematiannya.

Kepercayaan semacam itu memang masih sangat sulit hilang pada sebagian masyarakat di Lombok. Adanya ilmu begiq masih sangat dipercayai. Lebih-lebih di perkampungan yang masih tergolong primitif. Biasanya perkampungan yang ada di jauh pedalaman terkadang identik dengan pelaku-pelaku magis semacam itu.

Namun bagi masyarakat yang kental agamanya, mereka sudah tidak mengakui soal magis. Mereka selalu mengembalikan segala sesuatu kepada Allah swt. Kematian atau ajal yang menjemput adalah semata-mata atas kehendak-Nya. Bagaimana pun bentuk penyakit yang diderita oleh seseorang sesungguhnya memang penyakit dari Tuhan. Yang dianggapnya sebagai cobaan hidup bagi hamba yang beriman, atau bahkan bala yang diturunkan kepada hamba yang ingkar kepaada-Nya.

Esok harinya jasad Amaq Dolah pun dimakamkan di pekuburan umum desa. Sebelum itu terlebih dahulu disalatkan oleh ratusan jamaah di masjid. Kemudian jamaah pelayat beriring-iringan mengantarkannya ke kuburan.

Ketika acara takziah Tuan Guru menyampaikan pidato singkatnya. Beliau menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan kematian. 

 “Pengantar jenazah yang dirahmati Allah...”

“Kematian adalah hak Allah kepada hambaNya. Jika sudah saatnya, Allah akan mengambil nyawa siapa saja yang dikehendakiNya. Dan kematian itu adalah rahasia Allah. Tak seoarang pun yang mengetahui waktu dan tempat ajalnya dijemput. Sesuai dengan dalil al-Quran dalam Surah al-Hajj Ayat 66, yang artinya:

Dan dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.

Dalil yang kedua dalam Surat al-Mulk Ayat: 2, yang artinya: “...yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Semua yang hadir di tempat itu terlihat merunduk mendengarkan kata-kata Tuan Guru Tadi. Kemudian ada di atara mereka yang saling cubit.

“Tu,dengar tu.” Bisiknya kepada teman di dekatnya.

Di akhir pidatonya,  untuk mewakili pihak keluarga yang meninggal dunia. Beliau menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pelayat atas kekeliruan atau kekhilapan yang diperbuat oleh Amaq Dolah selama hidupnya. 

“Meskipun almarhamun dikenal sosok yang sangat sabar dan tidak pernah berselisih dengan tetangga atau masyarakat di desa. Namun siapa tau di hati kecil masing-masing terbersit sesuatu yang tidak berkenan terhadap almarhum, maka mari kita sama-sama memaafkan beliau. Kita maafkan nggih?” 

Nggih....” Serentak para jamaah mengucapkan itu.

“Ada pun bila ada hutang piutang baik yang besar maupun yang kecil silakan diselesaikan dengan keluarga almarhum yang masih hidup. Dengan begitu kita berharap beliau bisa terbebas dari masalah dengan sesama manusia (hablum minannas), sehingga memudahkan almarhum berurusan dengan Allah (hablum minallah). Beliau pun akhirnya menyerukan: “Ashadu ‘ala bil khair

 “Khair...”, sambut para pelayat yang ikut menyerukan dengan serentak hingga berkali-kali. 

Dengan begitu selesailah pemakaman Almarhum Amaq Dolah. Para pelayat pun kembali beriring-iringan menuju rumah masing-masing. Ada yang jalan kaki dan ada yang memakai kendaraan roda dua maupun roda empat.

Maemunah saat itu masih menemani ibunya di kuburan untuk memperhaiki kuburan yang masih belum rapi. Ditemani pula oleh keluarga dekat seperti paman dan bibiknya. Ada yang bertugas menanam bunga kamboja dan ada yang menanam pohon jarak di sekeliling kuburan. Setelah itu disiram dengan air. Karena para pelayat yang menimbun kuburan tadi hanya membentuknya secara sederhana saja. Selanjutnya diseserahkan kepada keluarga yang meninggal dunia.

“Sudah cukup dulu Dik. Besok kita tambahkan lagi” Kata Arpan kakak dari Inaq Dolah.”

“Nanti di hari ke sembilan saat pemasangan nisan, kita buatkan saja pondasi di pinggirnya biar tidak cepat rusak.” Kata Inaq Dolah

“Ini kan pekuburan umum, apakah tidak dilarang Bu jika dipermanenkan?” Tanya Maemunah.

“Saya rasa tidak, sebab banyak kok warga yang mempermanenkan kubur keluarganya. Itu contohnya.” Jawab Inaq Dolah sambil menunjuk ke salah satu kuburan yang tidak jauh dari tempat itu.

“Sebelum itu kita tanyakan saja dulu kepada kepala dusun agar tidak disalahkan nantinya.” Sahut Arpan.

“Ya, kalau begitu nanti kita tanyakan. Sambung Inaq Dolah.

Setelah berbincang-bincang soal pagar kuburan sambil bersih-bersih kemudian mereka pulang dengan mobil pickup milik Arpan.


Keterangan:

Amaq : Panggilan kepada ayah

Inaq : Panggilan kepada ibu

Pak Tuan : Panggilan kepada orang yang sudah pergi haji

Denda : Panggilan halus kepada anak perempuan

Lomak Lompe : Jenis ilmu sihir

Begiq : Ilmu sihir, santet

Belian : Orang yang ahli dalam pengobatan tradisional

Nggih : Ya 


Nama-nama tokoh dalam cerpen ini hanya fiktif saja. 

----------------------------------------

Sumber: Buku kumpulan cerpen "Lelaki di Ujung Sunyi", ilustrasi: canva

BASINDON
BASINDON Blog pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTs (materi, soal, dan perangkat pembelajaran), serta Pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia (umum)

Post a Comment for "Lomaq Lompe"