Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Bersambung | Bahtera di Laut Biru #10

Terdengar suara pintu diketuk yang diiringi bunyi salam. Dan ternyata Pratiwi yang baru saja pulang sekolah. Ia terkejut melihat ayahya yang duduk di bangku sebelah.

“Ayah,” 

“Pratiwi, kamu sudah besar sekarang Nak, sini kamu, kujewer.”

“Ayah, kenapa sih, hihi...”

Dua orang itu saling berpelukan melepas kerinduan. “Ibu di mana yah,” Kata Pratiwi. 

“Tu ada di dalam. “ 

Pratiwi beergegas segera ke tempat ibunya yang berada di dalam bersama nenek.

“Aku nggak menyangka anak itu sudah sebesar itu. Pertumbuhannya sangat cepat. Baru ditinggal satu tahun sudah remaja sekali.”

“Dia rajin sekali ke musalla sekarang. Dia juga ikut mengajar mangaji bersama Rona. Sehingga ia semakin fasih mengaji.”

“Alhamdulillah kalau begitu, dia sekarang berubah, seperti ia memang cukup senang tinggal di desa seperti ini. Cocoknya dia jadi insinyur pertanian saja nanti, atau jadi menteri peternakan. He, he...” 

“Atau jadi ustazah aja kali ya, “ Sahut Kak Rona.

Kakek pun ikut tertawa mendengkan kalimat ayah Pratiwi. Di dalam pikiran kakek masak anak perempuan dijadikan menteri peternakan yang pekerjaanya  menyuntik-nyuntik sapi. Lucu sekali.

Akhirnya Pratiwi pun mengetahui rencana kepergian Kak Rona ke Kuala Lumpur. Ia menjadi sedih. Sehingga hari-hari berikunya ia sering berdiam di dalam kamar. Kakekya pun ikut gelisah melihat tingkah cucu kesayangannya itu berubah. Ia pun berusaha mencari tau  peyebab perubahan cucunya itu. Dan pada akhirnya ia pun  mengetahuinya juga.

Seminggu kemudian, Kak Rona pun segera pergi ke Kuala Lumpur bersama ayahnya Pratiwi. Rencana untuk membuatkannya paspor akan dilakukan langsung di Kuala Lumpur nanti. 

Setelah mendengar kabar itu Pratiwi semakin gelisah. Rasa-rasanya kali ini ingin ikut bersama ayahnya ke kota. Padahal sebelumnya ia tidak  mau pergi ke kota. 

Terlihat pratiwi duduk termenung di dalam kamarnya. Pagi itu ia tdak ingin pergi ke sekolah, padahal hari itu ia sedang ulangan. Entah mengapa ia menjadi malas untuk mandi dan sarapan. Sehingga sang kakek pun datang menghampirinya. 

“Kamu kenapa Tiwi,  mengapa nggak mau pergi kekolah?”

“Tidak apa-apa Kek, Cuma kurang enak badan.”

“Yang bener, sepertinya kamu sedang memikir sesuatu?”

“Memikirkan apa Kek, nggak ada Kok.”

“Sudahlah, orang yang kamu pikirkan itu suatu hari nanti ia akan kembali lagi bersama kita. Dan kalaupun kamu ingin menemuinya, kamu kan bisa datang ke Kuala Lumpur nanti untuk menengoknya, bukanlah di sana rumahmu juga.”

“Ah, kakek bisa saja, ya kek, “ tiba-tiba saja Pratiwi tersenyum denga kata-kata kakek yang bagaikan oase pada kekeringan hatinya.

“Nah, begitu dong, kakek senang  kalau kamu tersenyum. Terus terang saja kakek juga merasa kesepian ditinggalkan. Pemuda itu sangat baik, dan patut dibanggakan. Seandainya saja  dia orang asli sini, pastilah akan lebih baik lagi. Tapi sayang sekali dia orang seberang yang datang ke sini merantau. Dia pasti rindu kampung halamannya, sehingga bisa saja dia melupakan kita. Maka jangan terlalu dipikirka Cucuku, lebih baik kita doakan saja dia supaya selamat dan mendapatkan pekerjaan yang layak buatnya.

Kemudian Pratiwi bangkit dari lamunannya. Bergegas ia ke kamar mandi. Pagi itu juga akan brangkat ke sekolah. Waktu Masih tidk terlalu siang. Ia pasti tidak terlambat sampai ke sekolah. Selesai mandi ia pun langsung berangkat setelah pamit kepada kekenya.

“Kamu tidak sarapan?”

“Nanti saja kek, aku telat. Nanti sarapannya di kantin sekolah aja.”

“Baiklah, hati-hati di jalan.”

Sementara itu pada hari ke dua kak Kak Rona sudah tiba di kuala Lumpur. Ia tinggal untuk sementara di rumah ayahnya Pratiwi. Sedangkan ayah Pratiwi segra menguruskan paspor dan segala macamnya. Dalam satu hari saja segala berkas-berkas sudah selesai. Maklum saja, ayahnya Pratiwi memang sudah berpengalaman dalam mengurus ini itu. Setelah itu ia memberi tahu sahabatnya yang menjadi menejer di sebuah perusahaan asing. Merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan elektronik di Kuala Lumpur. Perusahann tersebut termasuk perusahaan yang sangat ketat dalam menjaring tenaga kerja. Pekerja asal Indonsia masih sangat jarang yang mau diterimanya. Namun lain halnya dengan Kak Rona, ia bisa diterima berkat bantuan orang terdekat dari menejer perusahaan itu.

Satu hari kemudian, Kak Rona  mendapatkan training selama satu minggu ke depan sebelum mulai masuk bekerja. Tanpa banyak hambatan ia bisa melewati semua itu dengan baik. Dan sang instruktur mengatakan bahwa ia ada bakat di bidang elektronik.

Seminggu kemudian, Kak Kak Rona sudah resmi diterima bekeja di perusahann elektronik. Kini ia merasa menempuh hidup barunya. Ia pun memilih tinggal di rumah kontrakan saja, karena  ia juga tidak  mau terlalu menrepotkan ayahnya Pratiwi. Tapi ia berjanji akan selalu datang sesekali waktu ke rumah ayahnya Pratiwi begitu pula  ke rumah Kakek.


BASINDON
BASINDON Blog pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTs (materi, soal, dan perangkat pembelajaran), serta Pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia (umum)

Post a Comment for "Cerita Bersambung | Bahtera di Laut Biru #10"