Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Guru Belajar Sambil Mengajar, Tapi Jangan Sampai Siswa Jadi Korban Try and Error

Saya melihat bahwa ruang kelas adalah dunia yang sangat kompleks. Di dalamnya ada banyak manusia (dalam arti lebih dari 3 orang). Hal ini tentu menuntut kecakapan untuk bisa melayani mereka. Padahal melayani diri sendiri saja belum tentu bisa (baca: mengajar diri). Bagaimana bisa melayani banyak orang bila saja melayani diri tidak pandai. 


Mungkin di sinilah letak sulitnya mengajar yang benar. Lalu saya berpikir bagaimana saya harus mengatasi semua ini. Saya pun kadang harus berusaha keras mencari cara bagaimana supaya bisa meladeni siswa dengan benar. Bagaimana supaya tidak menyakiti peserta didik. Baik menyakiti fisik maupun psikis mereka. Saya harus banyak belajar. Terutama membaca. Baik membaca buku, majalah, e-book, maun brosing di internet. 

Kedua, saya menganggap ruang kelas adalah tempat belajar bagi guru, bukan tempat mengajar. Karena saya tau selama ini saya bisa mengajar dari anak-anak. Bukan dari bangku kuliah. Di bangku kuliah saya tidak pernah bersentuhan dengan dunia mengajar. Saya hanya berkutat dengan buku-buku dan diktat, dan itu tidak pernah bisa menjawab tantangan di lapangan, kecuali hanya bisa mengambil sebagian kecil saja. Barang kali tepat saya katakan bahwa siswa dan ruang kelas memang adalah guru yang terbaik buat guru itu sendiri.

Bila mana mulai berhadapan dengan siswa, saya harus memasang ancang-ancang yang benar, kuda-kuda yang tepat. Perlu juga pemanasan di awal-awal. Karena siswa paling tidak suka bila langsung ngejoss. Misalnya dengan langsung membebani mereka dengan tugas-tugas, atau menagih PR. Nyatanya, siswa lebih suka ketika mereka saya sapa atau tanya-tanya kabar lebih dahulu. Dengna begitu, kehangatan mulai terjalin. Barulah saya mulai berbicara tentang sesuatu dan lain hal. 

Untuk menarik minat siswa, saya berusaha berbicara tentang kehidupan nyata. Kehidupan yang dialami oleh siswa itu sendiri. Yakni sesuatu yang bersentuhan langsung dengan siswa. Baru kemudian menarik benang merahnya dengan materi pembelajaran hari itu. dengan begitu, siswa akan paham bahwa ternyata meteri yang akan mereka pelajari hari itu akan ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dan tentu akan lebih bergairah bila diselingi dengan hal-hal lucu. Hanya saja harus tetap terkontrol, sebab jika terus-terusan melucu juga tidak baik. Sebab nanti benang merahnya tidak ketemu, akan nyasar ke suatu ngeri antah berantah. Di sinilah penting seni mengelola materi. Tapi sekali lagi, untuk sampai ke tahap ini, saya memang harus bekerja keras. Karena tidak semudah membalikkan telapan tangan.

-----------------------------------------
Anda juga bisa mengirim opini atau artikel di Pena Basindon.
BASINDON
BASINDON Blog pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTs (materi, soal, dan perangkat pembelajaran), serta Pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia (umum)

Post a Comment for "Guru Belajar Sambil Mengajar, Tapi Jangan Sampai Siswa Jadi Korban Try and Error"