Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memahami Unsur-Unsur Cerpen

Cerpen merupakan salah satu karya sastra berbentuk prosa. Cerpen dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur intrinsik terdiri dari tema, latar (setting), penokohan, alur (plot), sudut pandang, dan amanat.

Sedangkan unsur ektrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar. Unsur ekstrinsik meliputi peristiwa sosial, politik, agama, budaya, pendidikan dan lain sebagainya.

Secara rinci berikut ini unsur-unsur intrinsik cerpen : 

1. Tema
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 1984: 125) tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk dasar atau gagasan dari suatu karya sastra.

Jadi tema merupakan dasar pijak suatu karya, artinya karya sastra itu adanya berangkat dari sebuah ide-ide yang ingin disampaikan oleh pengarang baik secara tersurat maupun tersirat.

2. Penokohan
Menurut Sudjiman (1991: 16) tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Sedangkan watak menurutnya (1991: 16) yaitu kualitas tokoh, kualitas nalar, dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian tokoh dan penciptaan citra tokoh inilah yang disebut penokohan.

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, atau pelaku cerita. Sedangkan watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sikap dan sifat para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, yaitu menunjuk pada penempatan tokoh tertentu dengan watak (-watak) tertenthu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007: 165).

3. Latar
Latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu cerita (Brooks dalam Tarigan, 1984: 136).

Menurut Sudjiman (1991: 44) latar ialah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan watak, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.

Sedangkan Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 216) latar atau setting disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan tempat terjadinya persitiwa-peristiwa yang diceritakan.

Atas dasar pengertian di atas, dapat disimpulkan jenis latar terdiri atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Ketiga jenis latar ini saling terpadu dalam kesatuan cerita, menjalin ikatan dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya.

4. Alur
Yang dinamakan alur ialah konstruksi yang dibuat mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logik dan kronologis saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh pelaku.

Secara leksikal, plot atau alur adalah (a) rangkaian peristiwa yang direka dan dijalani dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan selesainnya; (b) jalinan peristiwa dan karya sastra untuk untuk mencapai efek tertentu, pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan hubungan kausal atau sebab akibat (Sugihastuti, 2007: 36).

Adapun tahap-tahap pengaluran adalah sebgai berikut:
  • Paparan, yaitu berupa penyampaian informasi kepada pembaca.
  • Rangsangan, yaitu peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan.
  • Tegangan, yaitu ketidakpastian yang berkepanjangan dan semakin menjadi-jadi.
  • Tikaian, yaitu perselihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan.
  • Rumitan, yaitu perkembangan dari gejala mula tikaian menuju klimaks.
  • Klimaks, yaitu puncak kehebatan rumitan.
  • Leraian, yaitu menunjukkan perkembangan peristiwa kearah selesaian.
  • Selesaian, yaitu bagian akhir atau penutup cerita.

                                                                                          (Sudjiman, 1991: 31-36)

5. Sudut Pandang
Sudut pandang pada hakikatnya adalah strategi, teknik, siasat, yang sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya (Nurgiyantoro, 2007: 284). Aminuddin (2004) menyebutnya sebagai titik pandang, yaitu cara menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.

S. Tasrif (dalam Tarigan, 1984: 140), mengungkapkan macam-macam sudut pandang sebagai berikut:
  1. Author amniscient (orang ketiga), pengarang mengungkapkan kata”dia”untuk pelaku utama, tetapi ia turut hidup dalam pribadi tokoh.
  2. Author participant (pengarang turut mengambil bagian dalam cerita). 
  3. Author observer (pengarang hanya sebagai peninjau seolah-olah ia tidak dapat mengetaui jalan pikiran pelakunya.
  4. Multiple (campur aduk).
6. Amanat
Sudjiman (1991: 57) mengartikan amanat sebagai suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat juga dapat diartikan sebagai jalan keluar dari sebuah permasalahan yang diajukan di dalam cerita. Selanjutnya Sudjiman menjelaskan bahwa amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implicit, jika jalan keluar atau moral itu disiratkan di dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu.

Sumber : abduhsempana.blogspot.com
BASINDON
BASINDON Blog pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTs (materi, soal, dan perangkat pembelajaran), serta Pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia (umum)

Post a Comment for "Memahami Unsur-Unsur Cerpen"